Jumat, 28 Desember 2012

-

Tak ada salahnya berharap. Sepertinya, hanya itu yang bisa meringankan jejak langkah. Tak lebih, dan tak kurang. Berharap, tak pernah sia-sia; sekecil apapun itu. Karena kesempatan selalu ada--kapanpun itu. Harapan. Tempat bersandar dari keterpurukan. Menurutkan langkah pada satu tujuan. Selemah apapun, setia kujaga untukmu. LOVE IS BLIND. Karena cinta tidak butuh mata, kenapa harus menyesal saat putus cinta? ambil nilai terindahnya, lupakan sisi pahitnya. Cinta akan menjadi lebih berharga maknanya. Semua yang telah kita jalani bukan buang-buang waktu apalagi sia-sia. Setiap detiknya berharga dan bermakna. Melekang indah pada sejarah kita. Selambat atau secepat apa kita ingin melupakan? tidak ada jawaban yang tersirat ataupun tersurat. Selama ingatan adalah akarnya, melupakan adalah milik waktu; kapanpun itu. Biarkan waktu yang membuat aku melupakanmu karena aku tak mampu membunuh ingatanku. Melupakan semua tentangmu? tidak mungkin; karena kamu tinggal dalam ingatanku. Kehilanganmu membuatku mempunyai harapan dan harapan yang membuatku bisa terus berjalan. Aku percaya cinta itu memiliki sifat menuntun tapi aku butuh tanganmu untuk sampai ke tujuan. Kadang, cinta itu tidak perlu bicara. Dalam diam pun cinta tetap bisa berkata-kata. Dari padi aku belajar rendah hati, dari kamu aku belajar mencintai. Apakah itu kamu? semoga iya sebagai titik puncak doaku. Apakah berpisah denganmu termasuk didalamnya? padahal aku tidak pernah merencanakannya, tersiratpun tidak. Mengulang dari awal juga sebuah pilihan. Yakin bisa, lakukan! kembali lagi mengeja hatimu, yakin bisa kulakukan. Tuhan tidak pernah berhenti mencintai umatnya. Kalau kamu? semoga tidak berbeda. Kapanpun itu adalah waktu untuk melipatgandakan harapan yang dari awalnya tidak mengingkari keakuan rasa itu. Tidak selamanya, pedih itu berarti sakit. Kadang, tangis yang mengiringi adalah bahagia yang tidak kita sadari. Paling tidak, kita jadi mengerti apa arti sesungguhnya sakit ketika kita merasakan air mata mengalir. Inilah kebahagiaan sesungguhnya. Beruntunglah punya ingatan dan masa lalu yang membahagiakan. Dari titik jenuh kita tinggal melompat ke masa yang membiru-hitamkan bahagia kita dahulu. Tapi tetap kupercaya ini adalah perjalanan. Nikmati saja luka perihnya sampai mengering. Lalu, berjalan lagi tak henti. Cinta dan kesedihan itu ternyata berjalan beriringan, dan berdiri sejajar. Tidak selalu yang diam itu tidak tahu apa-apa. Tidak selalu yang diam itu tidak berarti apa-apa. Buktinya? waktu yang menjadi saksi bisu kita dahulu ketika kita sedang bersama. Dari kepingan masa lalu yang terurai berserakan. Aku mencoba mengumpulkannya dan menyusunnya kembali seperti puzzle; dan berharap tidak ada bagian yang hilang. Kau tahu posisiku sekarang? terjepit di dua dimensi. Antara masa lalu dan sekarang. Aku pikir, aku bahagia. Lihat saja. Mataku berkaca-kaca; jika mengingat waktu kita bersama dulu. Itu tandanya, aku masih menyayangimu sama seperti dulu.


With love:)
     Hawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar