Rabu, 19 Desember 2012

Hujan penuh cerita.

Di antara hujan dan kata bosan. Dalam bingkai cerahnya langit hujan tetap berjatuhan. Dalam hujan itu, tersimpan rapih jejakmu. Aku katakan pada hujan, kita masih 'satu'; Karena kamu memenangi hatiku, begitu juga aku. Hujan boleh saja reda namun tidak dengan rinduku. Kau telah mengajarkanku bagaimana menari dalam hujan. Dalam hujan itu kutemukan tawa dan tangis mengeja bahagia bersamamu, satu demi satu. Dalam derap hujan yang pongah menghujam, hanya semata damba yang mengunci jejak kakiku untuk setia berjalan ke rumah hatimu. Tak peduli akan basah-kuyup. Aku tetap ingin menari dalam hujan itu. Sebaris kata maaf yang kau catatkan pada gerimis tadi malam, telah cukup untuk bahagiaku. Menghunus rindu menapaki jalan perjumpaan, inginku. Lalu kucatat lagi sejarah kesendirian di kaki langit yang berhujan, hari ini, hanya ada tanda tanya di dalam hati dan sepi. Saatnya menari dalam hujan, ini yang aku sukai! Setiap ruas jalan menuju rumah hatimu tergenangi air keraguan yang mengabutkan arah pandang getarku. Hujan semakin berderai, rindu itu tak mau pergi. Aku  menangis disini--sudut mataku. Kuhirup aroma hujan yang merayu mata untuk menangis lagi, tiba-tiba aku begitu merindukan manjamu, detik ini. Setiap kali melihat hujan, selalu saja ingatanku tentangmu banjir seketika. Begitu derasnya rindu ini membasahiku. Hujan hari ini, di bulan Desember menjadi pertanda, adanya rindu untukmu--satu-satunya. Air mataku seperti gerimis, biarpun tidak sederas hujan, tapi setiap rintiknya tetap jatuh kepadamu juga, satu demi satu. Cukup hanya untuk hari ini berteman hujan, kesendirian, dan sepotong mimpi tanpamu. Desember, membingkai lagi kenangan yang dulu, satu demi satu. Bersamamu, siapa lagi. Desember, meratapi detik demi detik yang terlewati. Bersamamu, siapa lagi. Tadi malam, aku berlari dan menari di bawah rintik hujanmu, lagi. Kini, izinkan aku berteduh di bawah pelangi mata beningmu. Aku menyusun gemuruh cinta di derasnya hujan. Memasung satu jiwa dan satu hati. Kenangan hujan yang kau pendam bisu itu masih memenuhi peta yang tergantung di jelaga sunyi mataku. Maaf, aku mencatatnya lagi dengan seribu kata rindu. Hujan sudah berhenti berderai, kini saatnya aku kembali menunggu hujan yang datang. Aku akan menunggu disini, aku akan kembali menari dibawah derai hujan yang akan mengantarkanku ke rumah hatimu.


With love&waiting:)
           Hawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar