Kamis, 27 Desember 2012

Maaf

Alasan aku menulis adalah, kamu. Aku butuh banyak rasa sakit dan air mata untuk bisa menulis. Semakin aku terluka semakin banyak kalimat yang dapat aku rangkai. Hei, bangun dan buka matamu juga hatimu! Bulan Desember akan segera berakhir, tidak ada lagi menari di bawah rintik hujan bulan Desember. Apa rumah hatimu akan terbuka lebar atau bahkan tertutup rapat? Apa kau masih mau melanjutkan kisah di lembar yang sama atau bahkan membuka lembaran baru? Disela helaan napasku yang terengah; terselip rasa sesak yang luar biasa. Ini seperti cerita, ada awal dan ada akhir. Namun nyatanya aku terjebak di sela-sela cerita yang kita buat bersama. Selalu berakhir dengan penyesalan. Mungkin itu kelok jalanku. Sapa yang dulu kau rangkum pada decak kebisuan, hanya menampar udara hampa. Inikah kecemasanku; yang merupa gelombang di bawah alam sadarku setiap kali aku menunggumu? Kenapa aku harus bertahan pada semua ini? Karena aku sedang berjuang mencari jawaban? Sampai kapan? Jika sampai saat ini kau masih mengunci rapat-rapat bibirmu itu. Jika kau memiliki kesempatan kedua, mengapa aku tidak? Karena aku bersalah aku tak berhak mengharapkan apa-apa? hanya satu damba jika itu kamu izinkan; selain baikmu, aku tak inginkan apa-apa. Jatuh dan putus cinta. Bayangkan dua kata sebelumnya tak pernah ada. Hanya cinta. "Tanpa sebab rasa itu jatuh tepat di kamu". Kalau saja hati itu seperti buku terbuka, betapa indahnya membaca dan menuliskan cinta--untukmu. Kehilangan sosok teman tertawa dan menangis itu seperti kematian, tidak tahu kapan, dan tidak bisa dicegah. Sekarang aku percaya, hati yang terluka sulit diobati; termasuk hatimu yang sempat tergoreskan luka karenaku. Maafkan aku.


With love&regret:)
           Hawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar